Hilangnya Keperjakaanku (bagian 2)


Ada rasa juga senang di hati. Sesudah membersihkan muka, tukar baju, kita berdua berpamitan pada pembantu rumah jika kita akan makan keluar. Saya memberi pesan pada pembantu supaya jangan menanti saya pulang, sebab saya percaya kita tentu akan lama. Jadi saya bawa kunci rumah, untuk berjaga-jaga jika pembantu rumah telah tertidur."Nih kamu yang setir mobil tante dong.""Ogah ah, Dimas hanya ingin setir Baby Benz tante. Kalau ini malas ah." candaku. Saat itu tante Nini bawa sedan Honda, bukanMercedes-nya."Belagu sekali kamu. Kalau tidak ingin setir ini, bawa serta itu Benz-nya mama." balas tante Nini."No way … dapat digantung ogut ama papah mama." jawabku."Iya sudah kalau begitu setir ini dong." jawab tante Nini sekalian ketawa kemenangan.

Mobil meluncur telusuri jalanan kota Jakarta. Tante Nini seperti bebek saja, tidak sempat setop ngomong and isuin beberapa temannya. Saya jemu sekali yang dengar. Dari yang narasi pacar beberapa temannya lah, sampai ke bekas tunangannya. Sesampai di wilayah Muara Karang, saya putuskan untuk makan bakmi bebeknya yang tersohor disana. Untung tante Nini tidak protes dengan pilihan saya, kemungkinan sebab telah begitu lapar ia. Sesudah makan, kita singgah ke tempat main bowling. Setelah main bowling tante Nini ajakku singgah ke tempat tinggalnya. Tante Nini tinggal sendiri di apartemen di teritori Taman Anggrek. Ia putuskan untuk tinggal sendiri sebab fakta pribadi .

Ayah serta ibu tante Nini sendiri tinggal di Bogor. Waktu itu saya tidak tahu apa pekerjaan setiap hari tante Nini, yang tante Nini belum pernah berasa kekurangan materi. Apartemen tante Nini cukup bagus dengan tata interior yang classic. Disana tidak ada siapa saja yang tinggal disana kecuali tante Nini. Jadi saya dapat maklum jika tante Nini seringkali keluar dari rumah. Tentu jemu jika tinggal sendiri di apartemen. "Kira rumah sendiri Dimas. Jangan malu-malu. Jika ingin minum mengambil saja sendiri yah.""Kalau demikian, Dimas ingin ini." sekalian menunjuk botol Hennessy V.S.O.P yang masih tetap disegel."Kagak bisa, masih di bawah usia kamu."hindari tante Nini."Tetapi Dimas dah usia 17 tahun. Harusnya tidak permasalahan" jawabku dengan maksud bela diri."Kalau kamu memaksakan yah sudah. Tetapi jangan membuka yang baru, tante punyai yang telah dibuka botolnya.". Mendadak suara tante Nini lenyap dibalik master bedroomnya.

Saya menganalisis ruang sekelilingnya. Banyak lukisan-lukisan dari luar dan dalam negeri terpajang pada dinding. Lukisan dalam negerinya banyak yang bergambarkan beberapa wajah cantik gadis-gadis Bali. Lukisan yang memiliki bobot tinggi, serta saya percaya tentu bukan barang yang murahan."Itu tante membeli dari seniman lokal waktu tante ke Bali tahun kemarin" kata tante Nini pecahkan situasi hening awalnya."Bagus tante. High taste sekali. Tentu mahal yah?!" jawabku takjub."Tidak sich. Tetapi tante belum pernah menawar harga dengan seniman itu, sebab seni itu mahal. Kalau tante tidak pas pada harga yang ia menawarkan, tante pergi saja." Saya masih menyibukkan diri memperhatikan lukisan-lukisan yang ada, serta tante Nini tidak jemu menerangkan makna dari lukisan-lukisan itu. Tante Nini rupanya mempunyai kesayangan tinggi pada seni gambar."Ok deh.

Kalau demikian Dimas ingin pamit pulang dahulu tante. Dah hampir jam 11 malam. Tante istirahat saja dahulu yah." kataku."Ehmmm … tinggal dahulu saja di sini. Tante belum juga ngantuk. Temenin tante bentar yah." mintanya sedikit meminta. Saya berasa kasihan dengan situasi tante Nini yang tinggal sendiri di apartemen itu. Jadi saya putuskan untuk tinggal 1 atau 2 jam lagi, sampai kelak tante Nini ingin tidur. "Kita main UNO yuk?!" ajak tante Nini."Apakah itu UNO?!" tanyaku ingin tahu."Walah kamu tidak sempat main UNO yah?" bertanya tante Nini. Saya cuma menggeleng- gelengkan kepala. "Wah kamu kampung boy sekali sich." gurau tante Nini. Saya cuma menempatkan terlihat cemburut gurau. Tante Nini masuk dalam kamarnya lagi untuk bawa kartu UNO, dan masuk dalam dapur untuk menyiapkan sajian bersama-sama minuman. Tante Nini bawa kacang mente asin, satu gelas wine merah, serta satu gelas Hennessy V.S.O.P.

Sesudah mengajarkan saya langkah bermain UNO, kamipun mulai main-main enjoy sekalian makan kacang mente. Hennesy yang saya teguk betul-betul keras, serta baru 2 atau 3 teguk tubuhku berasa panas sekali. Saya umumnya cuma diberi 1 sisip saja oleh ayah, tetapi ini sekarang saya minum sendirian. Kepalaku berasa berat, serta mukaku panas. Lihat insiden ini, tante Nini jadi ketawa, serta menjelaskan jika saya bukan talenta peminum. Jelas saja, ini baru kali pertamanya saya minum satu gelas Hennessy sendirian."Tante, anterin Dimas pulang yah. Kepala ogut agak berat.""Kalau begitu setop minum dahulu, agar tidak lebih pusing." jawab tante Nini. Saya berasa tante Nini berupaya menahanku untuk pulang ke rumah. Tetapi kembali lagi, saya seperti sapi dicucuk hidung-nya, apakah yang tante Nini meminta, saya tetap menyepakatinya.

Lihat tingkahku yang menyukai menurut, tante Nini mulai nampak semakin berani lagi. Ia ajakku main kartu biasa saja, sebab bermain UNO kurang hebat jika cuma berdua. Paling pas untuk bermain UNO itu berempat. Tetapi permainan kartu ini bertambah lebih hebat lagi. Tante ajak bermain blackjack, siapa yang kalah harus mengikuti keinginan juara. Tetapi selanjutnya tante Nini koreksi jadi ‘Truth & Dare' game. Permainan kami jadi hebat serta terus jelas saja tante Nini benar-benar nikmati permainan ‘Truth & Dare', serta ia sportif jika ia kalah. Pertama kali jika saya menang ia tetap minta hukuman dengan ‘Truth' punishment, semakin lama saya jadi makin berani bertanya yang bukan-bukan. Sebaliknya dengan tante Nini, ia semakin senang memaksakan saya untuk pilih ‘Dare' supaya ia dapat semakin bebas mengerjaiku.


Dari yang diminta pushup 1 tangan, menari balerina, menelan es batu seukuran bakso, dan sebagainya. Mungkin saja tidak ada pointnya buat tante Nini bertanya the ‘Truth' mengenai diriku, sebab kehidupanku nampak lurus-lurus saja menurut dia. Ini ialah peluang untuk mengeduk the ‘Truth' mengenai kehidupan pribadinya. Saya juga bingung mengapa saya jadi tertarik untuk cari tahu kehidupannya yang benar-benar pribadi. Sebelumnya saya menanyakan mengenai bekas tunangannya, mengapa sampai gagal pernikahannya. Sampai pertanyaan yang mengarah ke sex misalnya kapan pertama-tama ia kehilangan keperawanan. Semua tanpa ada ragu-ragu tante Nini jawab semua pertanyaan-pertanyaan pribadi yang saya lontarkan. Sekarang permainan kami makin wild serta berani. Tante Nini menyarankan untuk menggabungkan ‘Truth & Dare' dengan ‘Strip Poker'.

Saya juga makin bernafsu serta menyepakati saja saran tante Nini."Yee, tante menang lagi. Mari terlepas satu yang melekat di tubuh kamu." kata tante Nini dengan senyum kemenangan. "Jangan senang dahulu tante, kelak gantian tante yang kalah. Jangan nangis loh yah kalau kalah." jawabku sekalian melepas kaus kakiku. Selang beberapa lama … "Nahhh, kalah lagi … kalah lagi … terlepas lagi … terlepas lagi.". Tante Nini terlihat senang sekali. Selanjutnya saya melepas kalung emas pemberian ibu yang saya gunakan. "Ha ha ha … two pairs, punyai tante one pair. Yes yes … tante kalah saat ini. Mari terlepas lepas …" candaku sekalian ketawa senang. "Jangan senang dahulu. Tante terlepas anting tante." jawab tante sekalian melepas anting-anting yang dikenainya. Saya semakin bernapsu untuk bermain. Deposit Lewat Pulsa

Kemungkinan bernapsu untuk lihat tante Nini bugil . Saya ingin sekali menang terus. "Full house … yeahhh … kalah lagi tante. Mari terlepas … mari terlepas …". Saya sekarang menari-nari senang. Nampak tante Nini melepas kempit rambut merahnya, serta saya selekasnya saja protes "Loh, nakal kok terlepas yang itu?". "Loh, kan ketentuannya terlepas semua yang melekat di badan. Kempit tante kan memelekat di rambut serta rambut tante menempel di kepala. Jadi masih dipandang melekat dong." jawabnya bela. Saya agak gondok dengar pembelaan tante Nini. Tetapi itu jadikan darahku naik-turun semakin deras lagi. "Straight … Dimas … One Pair … Yes tante menang. Mari terlepas! Jangan malu-malu!" hebat tante Nini girang.

Saya juga selekasnya melepas jaket saya yang gunakan. Untung saya tetap menggunakan jaket tipis agar keluar malam. Lihatlah pembalasanku, kataku dalam hati. "Dimas Three kind … tante … one pair … ahhh … kembali lagi tante kalah" kritikku sekalian tersenyum. Serta tanpa ada dikasih aba-aba serta tanpa ada malu-malu, tante melepas pakaian atasannya. Saya serempak menelan ludah, sebab pakaian atasan tante sudah lepas serta sekarang yang nampak cuma BH putih tante. Belahan payudara-nya nampak jelas, putih bersih. Dimas junior dengan serempak langsung menegang, serta ke-2 mataku terdiam di wilayah belahan dadanya. "Hey, melihat kartu dong. Jangan simak di sini." gurau tante sekalian menunjuk belahan dadanya. Saya terkejut sekalian tersenyum malu. "Yes Full House, kesempatan ini tante menang.

Mari membuka … membuka". Terlihat tante Nini girang sekali dapat ia menang. Kesempatan ini saya terlepas atasanku, serta sekarang saya terlanjang dada.Ngentot Dengan Tante Nini "Ck ck ck … pemain basket nih. Tubuh kekar serta hebat. Coba tunjukkan kalau hokinya hebat." kritik tante Nini sekalian tersenyum. Sesudah menegak habis wine yang berada di gelasnya, tante Nini selanjutnya bergerak dari tempat duduknya ke arah dapur dengan situasi dada 1/2 terlanjang. Selang beberapa saat tante Nini bawa sebotol wine merah yang masih tetap 3/4 penuh serta sebotol V.S.O.P yang masih tetap 1/2 penuh."Silahkan kita senang malam hari ini. Minum sepuas-puasnya." sebut tante Nini. Kami sama-sama ber-tos ria dan meneruskan kembali lagi permainan strip poker kami. "Yesss … " seruku dengan girangnya tanda-tanda saya menang lagi. Tanpa ada diminta, tante Nini melepas rok mininya serta aduhaiii, kesempatan ini tante Nini cuma terliat kenakan BH serta celana dalam saja.

Malam itu ia kenakan celana dalam yang kecil imut berwarna pink cerah. Tidak terlihat ada bulu-bulu pubis di seputar selangkangannya. Saya pernah memikir apa tante Nini mencukur semua bulu-bulu pubisnya. Muka tante Nini sedikit memeras. Kulihat tante Nini telah menegak setelah gelas winenya yang ke-2. Apa ia punya niat untuk mabuk malam hari ini? Saya kurang sedikit perduli dengan hal tersebut. Saya cuma bergairah untuk memenangi permainan strip poker ini, supaya saya dapat lihat badan terlanjang tante Nini."Yes, yes, yes …" senyum kemenangan terlukis indah di mukaku. Tante Nini selanjutnya memandangkan mukaku selang sesaat, serta mengatakan dengan suara genitnya "Saat ini Dimas tahan napas yah. Janganlah sampai seperti kesetrum listrik loh". Kesempatan ini tante Nini melepas BH-nya serta serempak jantungku ingin lepas.

Betul apa kata tante Nini, saya seperti terserang setrum listrik bertegangan tinggi. Dadaku sesak, susah bernapas, serta jantungku berdegup kencang. Berikut pertama-tama saya lihat payudara wanita dewasa dengan jelas di muka mata. Payudara tante Nini benar-benar indah dengan putingnya yang berwarna coklat muda melawan. "Aih Dimas, ngapain simak susu tante terus. Tante belum juga kalah keseluruhan. Ingin lanjut tidak?" bertanya tante Nini. Saya cuma dapat menganggukkan kepala tanda-tanda ‘iya'. "Pertama-tama simak susu cewek yah? Diketahui nih. Fundamen genit kamu." lebih tante Nini lagi. Saya satu kali lagi cuma dapat mengangguk malu. Saya jadi tidak fokus bermain, mataku seringkali melirik ke-2 payudaranya serta selangkangannya.

Saya ingin tahu sekali ada apakah dibalik celana dalam pinknya itu. Tempat dimana menurut rekan-rekan sekolah ialah surga dunia beberapa lelaki. Saya ingin sekali lihat memiliki bentuk serta kalau dapat menggenggam atau meraba-raba. Karena tidak fokus main, kesempatan ini saya yang kalah, serta tante Nini minta saya melepas celana yang saya gunakan. Sekarang saya terlanjang dada dengan cuma kenakan celana dalam saja. Tante Nini cuma tersenyum-senyum saja sekalian menegak wine-nya lagi. Saya menyengaja menampik penawaran tante Nini untuk menegak V.S.O.P-nya, dengan fakta takut pusing lagi. Sebab kami berdua tinggal 1 helai saja di badan kami, permainan kesempatan ini ada finalnya. Set penetapan apa tante Nini akan lihat saya terlanjang bundar atau sebaliknya.

Saya mengharap malam itu malaikat peruntungan memihak kepadaku. Rupanya keinginanku pupus, sebab rupanya malaikat peruntungan memihak pada tante Nini. Saya sedih sekali, serta muka kekecewaanku bisa dibaca jelas oleh tante Nini.Pada saat saya akan melepas celana dalamku dengan malu-malu, mendadak tante Nini menghindarinya."Nantikan Dimas. Tante tidak ingin celana dalam mu dahulu. Tante ingin Dare Dimas dahulu. Tidak hebat kalau game-nya cepat habis seperti ini"kata tante Nini.Sesudah meneguk wine-nya lagi, tante Nini terdiam sesaat selanjutnya tersenyum genit.Senyum genitnya ini semakin melawan daripada yang sebelumnya."Tante dare Dimas untuk … hmmm … cium bibir tante saat ini." tantang tante Nini."Ahh, yang bener tante?" tanyaku."Iya bener, mengapa tidak ingin? Jijik ama tante?" bertanya tante Nini."Bukan karenanya. Tetapi … Dimas tidak pernah soalnya." jawabku malu-malu."Iya sudah, kalau begitu cium tante dong.

Popular posts from this blog

Rela Di Genjot