Hilangnya Keperjakaanku (Bagian 1)



Narasi Dewasa – Namaku Dimas serta saya tinggal di Jakarta. Di waktu saya menulis narasi ini, saya barusan mencapai usia 25 tahun. Saya kerja dalam suatu perusahaan pemasaran terkenal di teritori wilayah Kuningan (Jakarta Selatan). Perusahaan kami ini ialah anak dari perusahaan pemasaran Inggris yang mana Head Office untuk Asia Pasific ada di negeri Singapore.

Saya dapat kerja di perusahaan ini atas pertolongan ibu tiriku yang mempunyai banyak mitra perusahaan-perusahaan terkenal di Jakarta. Ibu tiriku termasuk orang yang terpandang serta kaya raya. Sisa suaminya ialah pebisnis distributor minyak bumi dalam negeri yang punyai akses gampang ke beberapa instansi pemerintah. Ibu tiriku pisah dengan sisa suaminya sebab sisa suaminya mempunyai banyak 'selir-selir' di sejumlah kota di pulau Jawa serta beberapa lagi di luar pulau Jawa. Sebab tidak tahan dengan keadaan yang ia menghadapi, ia putuskan untuk berpisah dengan sisa suaminya.

Menurut narasi ibu tiriku, kepentingan perpisahannya sangat susah, berbelit, serta memerlukan waktu beberapa bulan. Seperti umumnya pembagian harta gono-gini yang membuat kepentingan pisah bertambah lebih panjang. Sampai selanjutnya dari hasil perpisahan itu, ibu tiriku mendapatkan 30% dari semua asset serta kekayaan bekas suaminya. Tetapi kemudian, ibu tiriku tidak diperkenankan lagi untuk minta porsi lagi kekayaan sisa suaminya sesudah perpisahannya final di pengadilan. Dapat beberapa pembaca memikirkan berapa besar warisan kekayaan ibu tiriku.

Bagaimana dengan keluarga asliku? Ayah berpisah dengan ibu kandungku waktu saya masih berusia 7 tahun. Permasalahan dari perpisahan itu, saya masih tidak cukup tahu sampai saat ini. Ayah semakin pilih tidak untuk bercerita permasalahan itu, serta saya juga belum pernah lagi menanyakan padanya. Saya pahami perasaan ayah, sebab waktu itu kehidupan ekonomi keluarga masih susah serta ayah di saat itu cuma seorang pegawai toko di wilayah Mangga Besar. Walau cuma pegawai toko biasa, ayah mempunyai talenta serta hoby mekNinik yang terkait dengan mesin motor. Pendidikan ayah cuma sampai pada tamatan SD, serta ia mendapatkan pengetahuan montirnya dari kakek yang dahulu pernah kerja di bengkel reparasi mobil.

Ayah tetap mempunyai harapan untuk buka bengkel sendiri. Sesudah berpisah dengan ibu kandungku, saya serta ayah seringkali berpindah-pindah rumah kontrak. Ekonomi ayah pun tidak lebih baik. Seringkali arti kehidupan kami bak ‘gali lubang tutup lubang'. Tiap tahun upah ayah naik cuma sedikit saja, serta keperluan ekonomi tetap bertambah. Tetapi ayah belum pernah menyerah untuk berupaya semakin untuk menyekolahkan saya. Untungnya saya termasuk anak yang menyukai sekolah serta belajar, oleh karena itu ayah belum pernah mengenali capek cari uang penambahan supaya saya jadi orang yang memiliki ilmu serta capai karier indah di waktu depanku. Harapan ayah buka bengkel reparasi mobil sendiri berawal dari keisengannya melamar kerja di bengkel mobil dekat rumah kontrakan kami. Ayah kerja di toko cuma semasa 6 hari satu minggu berganti-gantian, tetapi ayah memutuskan untuk ambil hari Sabtu libur supaya ia dapat kerja di bengkel mobil itu. 

Sebab talenta serta cinta ayah pada mesin motor dan mobil, ayah jadi tukang favorite di bengkel itu. Perlahan ayah kurangi hari kerja ayah untuk pegawai toko jadi 5 hari satu minggu, selanjutnya 4 hari satu minggu, serta paling akhir tiga hari satu minggu. Sampai selanjutnya bengkel menarik banyak konsumen setia masih, serta ayah diharap untuk kerja untuk pegawai masih di bengkel itu. Upah ayah naik 3x lipat dari upah untuk pegawai toko plus bonus serta tip-tip dari konsumen setia. Semakin bagusnya lagi ayah cuma kerja 5 hari saja dari hari Senin sampai Jumat. Ayah menyengaja tidak pilih hari Sabtu serta Minggu untuk habiskan waktu berdua denganku. Tiap hari Sabtu ayah senang menjemputku sepulang sekolah, maklum umumnya sekolahku cuma masuk 1/dua hari pada hari Sabtu serta kami berdua senang jajan di luar sebelum pulang ke rumah. Semenjak kerja di bengkel itu, saya jadi dekat sama ayah. Pkv Game

Dengan situasi ekonomi yang makin lebih baik dari waktu ke waktu, sekarang ayah dapat untuk beli rumah sendiri walau tidak besar. Malaikat peruntungan sedang ada selain ayah. Ayah orang yang baik, telaten serta jujur, oleh karena itu ayah dikasih banyak rezeki dari yang di atas. Bengkel itu jadi tumbuh cepat juga karena kehadiran ayah. Untuk jaga jalinan baik di antara ayah dengan bos bengkel itu, ayah dikasih komisi 15% dari tiap pembayaran service/reparasi mobil. Motor yang ia urus plus bonus tahunan serta belum juga tip-tip dari konsumen setia. Nama bengkel jadi populer sebab referensi dari mulut ke mulut, sampai dalam satu hari ibu tiriku ini jadi konsumen setia masih bengkel itu.

Ibu tiriku dengar nama bengkel serta nama ayahku dari kawan akrabnya. Waktu itu ibu tiriku mempunyai 3 buah mobil. Seingatku saat itu ada BMW, Mercedes, serta mobil kijang. Ibu tiriku seringkali berkunjung ke bengkel ayah dengan fakta untuk cek up di antara mobil BMW-nya atau Mercedes-nya. Mobil kijangnya cuma tiba dengan supir. Sebutlah saja nama ibu tiriku ialah Rica (nama singkatan). Waktu itu saya menyebutnya tante Rica. Usia tante Rica 4 tahun semakin muda dari ayah. Kerutinan tante Rica ke bengkel jadi awal dari romansa di antara ia serta ayah. Ayah seringkali kencan berdua dengan tante Rica, serta kadang mereka ajakku pergi bersama- sama juga. Terus jelas semenjak bersama-sama tante Rica, muka ayah semakin terlihat berseri-seri serta lebih fresh.

Kemungkinan waktu itu ia mendapatkan cinta kedua-duanya sesudah sekian tahun berpisah dengan ibu kandungku. Lihat perubahaan positif ayah, saya juga jadi turut suka. Saya suka juga jika tante Rica tiba bertandang, sebab ia seringkali bawa oleh-oleh berbentuk makanan atau minuman yang tidak pernah saya simak awalnya. Terakhir saya baru tahu jika bungkusan itu ialah pemberian dari mitra bisnisnya. Salah satunya rumah Tante Rica ada di wilayah Jakarta Selatan, serta pasti beberapa orang tahu jika teritori ini ialah teritori elit. Sesudah berpisah, tante Rica buka beberapa usaha elit disana seperti salon/spa kecantikan, serta butik. Beberapa konsumen setianya dari golongan kelas atas seperti petinggi serta aktris. Ia sewa beberapa prajurit paling dipercaya untuk jalankan usaha-usaha bisnisnya. Dalam singkat kata, ayah serta tante Rica pada akhirnya putuskan untuk menikah. Sesudah menikah saya diminta menyebutnya ‘mama'. Bioskop Online

Butuh waktu beberapa minggu untuk menyebutnya ‘mama', tetapi semakin lama saya jadi biasa untuk menyebutnya ‘mama'. Untuk semakin secara singkat dalam narasi ini, saya akan menyebutkan ‘ibu tiriku' untuk ‘ibu'. Semenjak sesudah menikah, ibu tinggal di dalam rumah kecil kami beberapa waktu sekalian menanti bangunan rumah baru mereka usai. Kembali lagi, rumah baru mereka tidak jauh dari bengkel ayah. Ayah menampik tinggal di dalam rumah tante Rica sebab fakta pribadi ayah. Sesudah banyak proses yang dilaksanakan di antara ayah serta ibu, pada akhirnya bengkel tempat ayah kerja, sekarang jadi punya ayah serta ibu seutuhnya. Ayah sempat meminta pada ibu supaya ia ingin masih bisa kerja di bengkel, serta jelas saja bengkel itu langsung ibu putuskan untuk dibeli saja. Maklum ibu ialah ‘business-minded person'. Saya makin sayang dengan ibu, sebab selanjutnya harapan ayah untuk mempunyai bengkel sendiri terkabulkan. Sekarang bengkel ayah semakin besar sesudah ibu turut berperanan besar disana.

Banyak perbaikan yang mereka kerjakan yang membuat bengkel ayah terlihat semakin menarik. Konsumen setia ayah semakin bertambah, serta kesempatan ini beberapa dari golongan beberapa orang kaya. Ayah tidak mengeluarkan pegawai-pegawai lama disana, justru meningkatkan upah mereka serta memperlakukan mereka seperti waktu ia diperlakukan oleh pemilik bengkel yang lama. Kehidupan serta style hidupku & ayah betul- betul beralih 180 derajat. Sekarang ayah seringkali pelesiran ke luar negeri bersama-sama ibu, serta saya seringkali ditinggal di dalam rumah sendiri dengan pembantu. Fakta saya ditinggal mereka sebab saya harus sekolah. Ibu seringkali mengundang rekan-rekan lamanya bermain di dalam rumah. Salah satunya temannya namanya tante Nini. Tante Nini waktu itu cuma 15 tahun semakin tua dariku.


Narasi Dewasa – Hilangnya Keperjakaanku Seharusnya ia patut saya panggil kakak dibanding tante, sebab mukanya yang masih tetap seperti terlihat orang berusia 20 tahunan. Tanti Nini ialah konsumen setia masih salon kecantikan ibu, dan jadi kawan dekat ibu. Muka tante Nini termasuk cantik dengan kulitnya yang putih bersih. Dadanya tidak demikian besar, tetapi pinggulnya indah bukan main. Maklum anak orang kaya yang menyukai tandang ke salon kecantikan. Tante Nini seringkali main ke rumah serta terkadang bercakap atau issu dengan ibu berjam-jam. Sering tante Nini keluar bersama-sama kami sekeluarga untuk tonton bioskop, window shopping atau ngafe di mall. Saya pernah menanyakan mengenai kehidupan pribadi tante Nini. Ibu menceritakan jika tante Nini itu bukan janda pisah atau janda apalah.


Tetapi tante Nini pernah ingin menikah, tetapi rupanya faksi dari lelaki putuskan untuk akhiri pernikahan itu. Fakta-nya tidak diterangkan oleh ibu, sebab kemungkinan saya masih begitu muda untuk pahami beberapa hal semacam ini. Dalam satu hari ayah serta ibu kembali lagi cabut dari rumah. Tetapi kesempatan ini mereka tidak ke luar negeri, tetapi cuma pelesiran ke kota Bandung saja semasa akhir minggu. Kembali lagi cuma saya serta pembantu saja yang tinggal di dalam rumah. Waktu itu saya ingin sekali lari dari rumah, serta bermalam di dalam rumah rekan. Mendadak bel rumah mengeluarkan bunyi serta saat itu masih jam 5:30 sore pada hari Sabtu. Ayah serta ibu baru 1/2 jam lalu pergi ke Bandung. Saya pikirkan mereka kembali pada rumah ambil barang yang tertinggal. Pada saat pintu rumah dibuka oleh pembantu, suara tante Nini menyapanya. Saya cuma duduk bermalas-malasan di sofa ruangan tamu sekalian tonton acara TV.

Mendadak saya disapanya.Tante Nini"Dimas kok tidak turut papah mama ke Bandung?"bertanya tante Nini."Kalau ke Bandung sich Dimas malas, tante. Kalau ke Singapore Dimas ingin turut." jawabku enjoy."Yah kapan-kapan saja turut tante ke Singapore.Tante ada apartment disana" tungkas tante Nini.Saya juga cuma menjawab apa yang ada "Ok deh.Nanti kita pigi ramai-rame saja. Tante ada perlu apa dengan mama? Nyusul saja ke Bandung kalopenting."."Kagak ada sich. Tante hanya ingin ajak mamamu makan saja. Yah saat ini tante akan makan sendirian nih. Dimas ingin nggatemenin tante?"."Memang tante ingin makan dimana?""Tante sich mikir Pizza Hut.""Malas ah ogut kalau Pizza Hut.""Trus Dimas maunya ingin makan apa?""Makan di Muara Karang saja tante. Di sono kan beberapa pilihan, nanti kita pilih saja yang kita ingin.""Oke deh.

Ingin cabut jam berapakah?""Entaran saja tante. Dimas masih belom laper. Jam 7 saja pergi. Tante duduk saja dahulu." Kami berdua tonton berdekatan di sofa yang empuk. Sore itu tante Nini kenakan pakaian yang cukup sexy. Ia menggunakan rok ketat sampai 10 cm di atas lutut, serta atasannya menggunakan pakaian berwarna orange muda tanpa ada lengan dengan sisi dada atas terbuka (kira- anggap di antara 12 sampai 15cm kebawah dari pangkal lehernya). Kaki tante Nini putih mulus, tanpa bulu kaki 1 helai juga. Kemungkinan sebab ia rajin bersalon ria di salon ibu, minimal satu minggu 2 kali. Sisi dada atasnya putih mulus. Kami tonton TV dengan acara/kanal seadanya saja sekalian menanti sampai jam 7 malam. Kami terkadang bercakap enjoy, umumnya tante Nini senang menanyakan mengenai kehidupan sekolahku sampai bertanya mengenai kehidupan cintaku di sekolah.

Saya menjelaskan pada tante Nini jika saya waktu itu belum juga ingin terikat dengan permasalahan percintaan zaman SMA. Kalau naksir sich ada, hanya saya tidaklah sampai memandang begitu serius. Makin lama kami bercakap-cakap, badan tante Nini makin merapat ke arahku. Berbau minyak wangi Kanal yang digunakan mulai tercium jelas di hidungku. Tetapi saya tidak memiliki pemikiran apa-apa waktu itu. Mendadak tante Nini mengatakan, "Dimas, kamu senang dikitik-kitik tidak kupingnya?"."Huh? Mana enak?" tanyaku."Ingin tante kitik kuping Dimas?" tante Nini tawarkan/"Hmmm…boleh saja. Ingin pakai cuttonbud?" tanyaku satu kali lagi."Gak perlu, pakai bulu kemucing itu saja" tundas tante Nini."Idih kotor nih tante. Itu kan kotor.

Setelah buat bersih-bersih ama mbak." jawabku spontan."Alahh sok bersihan kamu Dimas. Kan hanya mengambil 1 helai bulunya saja. Lagian kamu belum juga mandi kan? Kotor mana hayo!" terampil tante Nini. "Yakin tante deh, kamu tentu suka. Sini baring kepalanya di paha tante." sambungnya. Seperti sapi dicucuk hidungnya, saya menurut saja dengan tingkah polah tante Nini. Suara lembut membisikkan telingaku."Dimas, bangun yuk. Tante dah laper nih." kata tante."Erghhhmmm … jam berapakah saat ini tante." tanyaku dengan mata yang masih tetap 1/2 terbuka."Sudah jam 7 melalui Dimas.

Mari bangun, tante dah laper. Kamu dari barusan asyik tidur tinggalin tante. Kalau dah enak jadi lupa orang kamu yah." kata tante sekalian mengelus lembut rambutku."Masih ngantuk nih tante … makan di dalam rumah saja yah? Suruh mbak masak atau membeli mie ayam di dekat sini.""Ahhh ogah, tante ingin jalanan kok. Bosen dari barusan bengong di sini.""Oke oke, kasih Dimas lima menit lagi deh tante." mintaku."Kagak bisa. Tante dah laper sekali, ingin tidak sadarkan diri dah." Sekalian ogah-ogahan saya bangkit dari sofa. Kulihat tante Nini sedang membetulkan tempat roknya kembali lagi. Alamak style tidurku kok buruk sekali sich sampe-sampe rok tante Nini terkuak tinggi sekali. Bermakna dari barusan saya tertidur di atas paha mulus tante Nini, demikianlah saya memikir.

Popular posts from this blog

Rela Di Genjot